SYAIR GULUNG ASLI KETAPANG

Bolehlah saye perkenalkan diri.
Name saye Zunaidi.
Walau jauh kemane pergi.
Diundang bersyair insyaallah menghadiri.

Ayah saye namenye Nawawi.
Umak saye bername Wainah menantu Sedi.
Saye punye tige abang saudare laki-laki.
Pertame Sapuan Nur ketige Zainal Abidin dan kedua si Saupi.

Untuk kedue orang tue kite same berdoe.
Semoge berumur panjang selalu berbahagie.
Kitepun semege jadi anak bergune.
Tau diri dan paham adat budaye serte agame.

Jumat, 18 Mei 2012

SYAIR GULUNG " PETUAH WAKTU"


KETAPANG, JUM'AT 18 MEI 2012 PUKUL: 20.00 WIB
Assalammu'alaikum sebagai pembuka.
Tercurah rahmat bagi sekalian manusia.
Beserte bismillah diawal kata.
Dengaan syair gulung tak bosan saya menyapa.

Indah niat lirik diucap.
Mengandung pesan dan do'a mustajap.
Mengalun indah membuat mata terlelap.
Apa yang baik kepada Allah kita berharap.

Sengaja memukul air mendulang ke muka.
Tak berani saya untuk mengata-ngata.
Maklum takut badan binasa.
Tetapi siapa tahan akan siksa neraka.

Apa yang baik boleh dikatakan.
Apa yang buruk baik disimpan.
Akhir hayat hingga berbungkus kafan.
Demikian hidup punya aturan.

Segala hajat jahat mudah dituju.
Hajat baik malah banyak yang mengerutu.
Demikian sifat segala setan iblis jin dan hantu.
Kearah yang buruk ia merayu-rayu.

Hendak keman si anak gadis.
Perginya magrib berdandan manis.
Pulang larut malam malah menangis-nangis.
Banyakalah orang tua yang tidak menggubris.

Cerita indah masa orang tua.
Tetapi diwariskan malah kisah durhaka.
Bagaimana peran orang tua kita.
Mendidik anak besar dengan pembantu dan tetangga.

Zaman kian berubah.
Tak sama lagi pada masa dulu yang indah.
Banyak bermalas-malas dalam ibadah.
Mau matipun masih ribut masalah tanah.

Mencari jodoh pergi kedukun.
Tentu setanlah yang menuntun.
Wajar berkeluarga tak rukun-rukun.
Siang berkopiah malam malah menyamun.

Sangat jauh hidup beragama.
Generasi muda malah banyak berhura-hura.
Turun magrib pulang waktu tahajut dimalam buta.
Sembahyang tidak malah asyik bercinta-cinta.

Anak lelaki tak giat lagi.
Tak suka mengaji malas mencari rezeki.
Katanya pemimpin tangguh sepanjang generasi.
Apa guna tak salat dan mengaji.

Demikian ini sebuah realita.
Jelas adanya didepan mata.
Bukan saya semau-maunya berkata.
Syair di muat berdasakan fakta.

Jangan marah jangan mengecam.
Bila kita terus berdiam.
Sedang waktu bernajak siang menuju malam.
Tak maulah kita merugi dibumi hanguskan alam.

Pengingat insan yang lalai.
Pada dunia ini jangan terbuai.
Maut dekat jauh selalu mengintai.
Kenapa pula banyak bersanatai.

Waktu yang terbuang.
Berjalan cepat untuk masa yang akan datang.
Tidaklah menunggu kita walau disogok uang.
Tanda perjalanan waktu tak bisa dihadang.

Lirih usia semakin renta.
Bertambah hari berubah jasad kita.
Meski dipoles tetap tak menyingkat usia.
Pada kadarnya mengahadap Allah ta'ala.

Gemuruh ombak ada di laut.
Gemuruh suara dekat sakaratul maut.
Suaranya sangat membuat takut.
Tak dapat ditolak mestilah ikut.

Sembari bait saya menulis sajak.
Kepade insan saye mengajak.
Harap liriknye jangan di injak.
Pade tuan dan puann datang setapak demi setapak.

Demikian ini madah.
Maaf bila sajaknya tak indah.
Sekedar mengingatkan untuk beriadah.
Akhir kata wassalammu'alaikum warahmatullah.