Assalammu'alaikum Warahmatullah.
Memohon izin saya menguraikan madah.
Sengaja maaf jika tak indah.
Bermula syair ini dengan kalimat Bismillah.
Bismillah itu awal diri berniat.
Semoga beserta diri menjadi taat.
Dihindarkan Tuhan dari jalan sesat.
Hidup baik berbias syafaat.
Sembari saya menghaturkan salam.
Haraplah dijawab jangan tuanpun diam.
Adapun syair gulung ini sebagai peredam.
Hati yang gelisah semoga tentram.
Kuat dan kokoh hati yang bijak.
Pemimpin yang arif seharga emas dan perak.
Kuasa tak diwariskan ke anak beranak.
Demikian sudah pukulan telak.
Sejauh mata memandang.
Gadis cantik berupawan lajang.
Namun dekat dipandang jauh tergenang.
Demikian sudah menjadi angan-angan.
Dijadikan apa yang indah sebagai perhiasan.
Takkan puas dikejar zaman ke zaman.
Baik itu harta anak istri atau perempuan.
Dibalik itu menyebabkan kufur kepada Tuhan.
Sebagaimana diri berhajat.
Kepada Allah mesti bermunajat.
Jangan diri sombong dengan hanya bersiasat.
Semakin jauhlah dari padang khalwat.
Duhai manusia yang durjana.
Nikmat Tuhan yang mana engkau anggap tak berguna.
Adahkah bagi mu nikmat Tuhan itu tiada.
Sungguh jauhlah arah hidup mu sebagai manusia.
Pemimpin banyak yang tak benar.
Setelah memimpin mau jadi penguasa yang besar.
Tak peduli jalannye salah atau tesasar.
Tujuan untuk berkusa selalu dikejar.
Suami-suami mana yang tiada tergoda.
Istri orang hendak mau dijadikan yang kedua.
Demikian juga anak gadis yang masih remaja.
Bisa-bisa dipujuk rayunya.
Istri-istri sedikit yang tabah.
Menuntut harta yang penuh melimpah.
Ditinggal suami bekerja semakin tak betah.
Akhirnya digoda orang di luar rumah.
Anak-anak semakin pintar pula.
Ke sekolah uang jajan selalu dipinta.
Kelakuannya semakin mengila-gila.
Tak mampu ia menjaga marwah orang tua.
Demikian ini zaman sudah menua.
Hidup hanya dianggap hiburan semata.
Tak mengenang mati setelahnya.
Katanya hidup hanya sekali saja.
Takut dosa akhirnya tak merasa.
Baik diwaktu muda diwaktu tua tinggal bongkoknya.
Sungguh itu falsafah yang salah bagi manusia.
Jika diikuti setanlah sebagai penggoda.
Duhai diri yang durhaka.
Bersimpuh luka menongkat nyawa.
Belum juga sadarkah diri sebagai manusia.
Matinya nanti berbungkus kafan dan amal saja.
Syahdan pilu diri memikirkan.
Melihat bermacam tabiat dan kelakuan.
Ada yang seperti malaikat dan juga setan.
Manusia suka bermain dengan kehendak Tuhan.
Jika sadar saat sesaat.
Setelahnya jika digoda berlabuh lagi untuk maksiat.
Sungguh iman belum diperkuat.
Maka diri mestilah taat.
Negeri ini kaya raya.
Semua yang dicari pastilah ada.
Tergantung mau cari yang mana.
Yang baik ada yang jahatpun juga tersedia.
Kita berbicara hidup.
Baik yang terbuka atau jahat yang tertutup.
Banyak sudah nikmat Allah yang kita hirup.
Bila tak sadar bagaikan kembang yang kuncup.
Masing-masing kita mencari selamat.
Baik dunia maupun akherat.
Hati-hati dengan yang jahat kita terjerat.
Nanti hudup atau mati jadi manusia yang sesat.
Tiang agama berdiri kokoh.
Itulah sebagai tempat berteduh.
Di akherat itu perjalan kita sangat jauh.
Ada yang tenang tapi yang riuh.
Sedap sudah bergelimang dunia.
Namun kufur nikmat sanagt tak terasa.
Orang susah di depan mata hanya dicela.
Sungguh dicabut sudah rasa iba.
Sebagai madah untuk pengingat.
Syair ini perenung yang kuat.
Semoga hati tuan dan puan jadi terikat.
Pada kebaikan kita bertambat.
Susah senang bagian hidup ini.
Tergantung sejauhman kita menyikapi.
Yang terjadi menimbulkan penyesalan dikemudian hari.
Apa yang belum rencanakan secara dini.
Sedap malam bunganya harum.
Jauh dekat wanginya tercium.
Demikian juga dengan kesalahan dalam hukum.
Lekas atau lambat akan akan seperti tusukan jarum.
Baru saja saya memberi uang.
Dua ribu kepada sesorang.
Ia menjajakan Yasin kecil yang belum usang.
Saya memberinya uang tanpa meminta barang.
Sungguh luar baiasa nikmatnya.
Ketika bait syair ini dikarang sayapun dicoba.
Apakah dengan syair ini saya sesui realita.
Kuasa Allah sangat luar bisa.
Dalam hati ini saya hanya berkata.
Pak maafkan saya hanya memberi dua ribu saja.
Bisa jadi engkau lapar berjalan ke sini ke sana.
Semoga Allah mempermudah urusan kita.
Demikian ini syair gulung.
Syair bijak darilah kampung.
Bahasanya bukan maksud menyinggung.
Bila hati terluka masing-masing dirilah yang menanggung.
Dengan niat pemubuka syair membaca Bismillah.
Saya tutupal ini kengkarangan dengan Alhamdulillah.
Semoga kita mendapat berkah dari Allah.
Akhir kate wassalammu'alaikum warahmatullah.
Memohon izin saya menguraikan madah.
Sengaja maaf jika tak indah.
Bermula syair ini dengan kalimat Bismillah.
Bismillah itu awal diri berniat.
Semoga beserta diri menjadi taat.
Dihindarkan Tuhan dari jalan sesat.
Hidup baik berbias syafaat.
Sembari saya menghaturkan salam.
Haraplah dijawab jangan tuanpun diam.
Adapun syair gulung ini sebagai peredam.
Hati yang gelisah semoga tentram.
Kuat dan kokoh hati yang bijak.
Pemimpin yang arif seharga emas dan perak.
Kuasa tak diwariskan ke anak beranak.
Demikian sudah pukulan telak.
Sejauh mata memandang.
Gadis cantik berupawan lajang.
Namun dekat dipandang jauh tergenang.
Demikian sudah menjadi angan-angan.
Dijadikan apa yang indah sebagai perhiasan.
Takkan puas dikejar zaman ke zaman.
Baik itu harta anak istri atau perempuan.
Dibalik itu menyebabkan kufur kepada Tuhan.
Sebagaimana diri berhajat.
Kepada Allah mesti bermunajat.
Jangan diri sombong dengan hanya bersiasat.
Semakin jauhlah dari padang khalwat.
Duhai manusia yang durjana.
Nikmat Tuhan yang mana engkau anggap tak berguna.
Adahkah bagi mu nikmat Tuhan itu tiada.
Sungguh jauhlah arah hidup mu sebagai manusia.
Pemimpin banyak yang tak benar.
Setelah memimpin mau jadi penguasa yang besar.
Tak peduli jalannye salah atau tesasar.
Tujuan untuk berkusa selalu dikejar.
Suami-suami mana yang tiada tergoda.
Istri orang hendak mau dijadikan yang kedua.
Demikian juga anak gadis yang masih remaja.
Bisa-bisa dipujuk rayunya.
Istri-istri sedikit yang tabah.
Menuntut harta yang penuh melimpah.
Ditinggal suami bekerja semakin tak betah.
Akhirnya digoda orang di luar rumah.
Anak-anak semakin pintar pula.
Ke sekolah uang jajan selalu dipinta.
Kelakuannya semakin mengila-gila.
Tak mampu ia menjaga marwah orang tua.
Demikian ini zaman sudah menua.
Hidup hanya dianggap hiburan semata.
Tak mengenang mati setelahnya.
Katanya hidup hanya sekali saja.
Takut dosa akhirnya tak merasa.
Baik diwaktu muda diwaktu tua tinggal bongkoknya.
Sungguh itu falsafah yang salah bagi manusia.
Jika diikuti setanlah sebagai penggoda.
Duhai diri yang durhaka.
Bersimpuh luka menongkat nyawa.
Belum juga sadarkah diri sebagai manusia.
Matinya nanti berbungkus kafan dan amal saja.
Syahdan pilu diri memikirkan.
Melihat bermacam tabiat dan kelakuan.
Ada yang seperti malaikat dan juga setan.
Manusia suka bermain dengan kehendak Tuhan.
Jika sadar saat sesaat.
Setelahnya jika digoda berlabuh lagi untuk maksiat.
Sungguh iman belum diperkuat.
Maka diri mestilah taat.
Negeri ini kaya raya.
Semua yang dicari pastilah ada.
Tergantung mau cari yang mana.
Yang baik ada yang jahatpun juga tersedia.
Kita berbicara hidup.
Baik yang terbuka atau jahat yang tertutup.
Banyak sudah nikmat Allah yang kita hirup.
Bila tak sadar bagaikan kembang yang kuncup.
Masing-masing kita mencari selamat.
Baik dunia maupun akherat.
Hati-hati dengan yang jahat kita terjerat.
Nanti hudup atau mati jadi manusia yang sesat.
Tiang agama berdiri kokoh.
Itulah sebagai tempat berteduh.
Di akherat itu perjalan kita sangat jauh.
Ada yang tenang tapi yang riuh.
Sedap sudah bergelimang dunia.
Namun kufur nikmat sanagt tak terasa.
Orang susah di depan mata hanya dicela.
Sungguh dicabut sudah rasa iba.
Sebagai madah untuk pengingat.
Syair ini perenung yang kuat.
Semoga hati tuan dan puan jadi terikat.
Pada kebaikan kita bertambat.
Susah senang bagian hidup ini.
Tergantung sejauhman kita menyikapi.
Yang terjadi menimbulkan penyesalan dikemudian hari.
Apa yang belum rencanakan secara dini.
Sedap malam bunganya harum.
Jauh dekat wanginya tercium.
Demikian juga dengan kesalahan dalam hukum.
Lekas atau lambat akan akan seperti tusukan jarum.
Baru saja saya memberi uang.
Dua ribu kepada sesorang.
Ia menjajakan Yasin kecil yang belum usang.
Saya memberinya uang tanpa meminta barang.
Sungguh luar baiasa nikmatnya.
Ketika bait syair ini dikarang sayapun dicoba.
Apakah dengan syair ini saya sesui realita.
Kuasa Allah sangat luar bisa.
Dalam hati ini saya hanya berkata.
Pak maafkan saya hanya memberi dua ribu saja.
Bisa jadi engkau lapar berjalan ke sini ke sana.
Semoga Allah mempermudah urusan kita.
Demikian ini syair gulung.
Syair bijak darilah kampung.
Bahasanya bukan maksud menyinggung.
Bila hati terluka masing-masing dirilah yang menanggung.
Dengan niat pemubuka syair membaca Bismillah.
Saya tutupal ini kengkarangan dengan Alhamdulillah.
Semoga kita mendapat berkah dari Allah.
Akhir kate wassalammu'alaikum warahmatullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SYAIR GULUNG bukanlah hanya menjadi hiburan sesaat tanpa bekas, melainkan pada lirik-lirik baitnya banyaklah mengandung nilai-nilai pendidikan dan pesan moral atau estetika dalam kehidupan sosial, berbangasa dan juga beragama yang sangat menyentuh.