by Zunaidi Aidi Tuan-Tuan on Wednesday, 26 January 2011 at 17:42
Assalammu'alaikum Warahmatullah.
Izinkan saya membaca risalah.
Dengan awal membaca bismillah.
Syair gulung Ketapang terbukalah sudah.
Dengan bissmillah permulaan kalam.
Memuji pencipta Khaliqul Alam.
Kepada Rasulullah kita berkirim salam.
Dengan sholawat siang dan malam.
Berhubung ini dibulan Maulit
Mari perbnyak berbagi duit.
Jadi orang janganlah pelit.
Nanti pintu rizki dpersempit.
Jika acara agama banyak yang tak berminat.
Sedikit yang datang juga jika acra besunat.
Jika acara konser musik dan artis semua tempat menjadi padat.
Itulah tanda awal dunia mau kiamat.
Kita peringati Maulit Nabi.
Kita peringati di Pesantetren kita ini.
Kita selaku anak santri.
Menjunjung tinggi budaya ini.
Sholawat dan salam kita haturkan.
Kepada Rasulullah Nabi akhir zaman.
Dirinya kita jadikan suri tauladan.
Penerang hidup penuntun jalan.
Inilah pesntren Salafiyah.
Selalu merayakan Maulit dengan meriah.
Meskipun mendapatkan anggaran bersusah payah.
Namun tetap membawa berkah.
Sungguh aneh zaman sekarang.
Orang diundang maulit jarang yang datang.
Jika nonton bola mengantri panjang.
Inilah tanda iman yang kurang.
Masji-masjit berdiri megah.
Mengalahi gedung pemerintah.
Sepatutnyalah kita ta'at beribadah.
Memenuhi sab menyembah Allah.
Rasul lahir ditahun Gajah.
Tempatnya di Tanah Mekah.
Kelahiranyapun membawa berkah.
Sedangkan kelahiran kita membuat orang tua susah.
Waktu Rasul lahir Dahulu.
Tidak dikeluhkan naiknay harga susu.
Tapi di negeri kita ini sangatlah lucu.
Susu sapi jadi pengganti susu ibu.
Muhamamad lahir mempunyai ayah.
Nabi Isa lahir atas izin Allah.
Wanita hamil sekarangpun tak mau kalah.
Mengaku Maryam jika hamil diluar nikah.
Kita selaku anak santri.
Wajib mengamalkan hidup yang islami.
Rajin salat ta'at mengaji.
Selesai mondok mudah-mudahan jadi kia'i haji.
Sekian lama kita di pondok.
Maaf jika ada yang olok mengolok.
Jika bersalah diri sendiri haraplah ditenggok.
Jangan sampai main tonjok-menonjok.
Kita kenanglah Kia'i haji Samsul Arifin.
Pesanten salafiyah-syafi'iyah dulu ia yang pimpin.
Kia'i haji As'ad memipindiwaktu yang lain.
Kia'i haji Fawaid As'ad pengasuh sekarang yang disiplin.
Sebagai santri wajib menuntut ilmu.
Kepada Ki'ai inilah kita berguru.
Sesama kita salinglah membantu.
Tauladan Rasulullah mestilah ditiru.
Ki'ai Afifuddin sebagai wakil penggurus.
Ki'ai Hariri dan Kia'i Muzakki sangatlah bagus.
Banyaklah mereka menangani santri yang berkasus.
Meraka jugalah yang membuat kita jadi terurus.
Ketika Rasul lahir di tanah Mekah.
Menyeranglah pasukan bergajah.
Tidak seperti kita yang lahir di rumah.
Lahir di rumah sakit dianggap musibah.
Musibah dimana-mana.
Dari gempa sampai gunung meletuspun ada.
Itulah tanda peringatan untuk manusia.
Agar ta'at kepada Allah semata-mata.
Negeri kita ini subur.
Tapi rakyatnya banyak menganggur.
Rumah-rumah orang miskin banyak digusur.
Itulah kebijakan pemerintah yang mengatur.
Inilah yang namanya syair.
Bukan mantra bukanya sihir.
Didendang bukab maksut untuk menyindir.
Hanya sekedar menghibur bagi yang hadir.
Jadi santri di sini janganlah nakal.
Jadikanlah amal dan ilmu sebagai bekal.
Jadi pejabat nanti janganlah pengakal.
Rakyat kecil jangan sering dibual.
Jika jadi pejabat nanti.
Jangan lupa pada Pesanten ini.
Walupun jadi pejabat tinggi.
Tetaplah sowan dengan para kia'i.
Jika janji hutang mbanyak ditagih.
Kepada rakyat janganlah minta naik gajih.
Sungguh itu membuat rakyat bersedih.
Itulah tanda pejabat yang bekerja pamrih.
Syair gulung ini sangat panjang.
Demikian syair ini telah dikarang.
Asalnya dari Kalimantan Barat kota Ketapang.
Dari pulau Jawa mesti menyebrang atau terbang.
Jika kia'i memakai sorban.
Santri memakai jubah menutup badan.
Diluaran sana banyak perempuan salah berpakian.
Menutup dada tapi pusat kelihatan.
Cukup sudah ini madah.
Takut yang mendengarnya lama duduk gelisah.
Saya yang membaca syair nanti dimarah.
Undanganpun nanti minta hidangan penambah.
Dengan Mengucap Al-hamdulilah.
Ditutuplah ini madah.
Semoga mendapat rahmat dari Allah.
Akhir kata Wassalammu'alaikum Warahmatullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SYAIR GULUNG bukanlah hanya menjadi hiburan sesaat tanpa bekas, melainkan pada lirik-lirik baitnya banyaklah mengandung nilai-nilai pendidikan dan pesan moral atau estetika dalam kehidupan sosial, berbangasa dan juga beragama yang sangat menyentuh.