by Zunaidi Aidi Tuan-Tuan on Thursday, 21 October 2010 at 15:55
Assalam mualaikum Warahmatullah.
Kembali saye menulis madah.
Mudah - mudahan membawa faidah.
Sedikit banyak terhitung ibadah.
Kain bersulam dibungkus kebadan.
Hendak dibuat menjadi kafan.
Tentulah sungguh sang keterlaluan.
Melanggar adat yang telah ditentukan.
Termuat sebuah risalah.
Dalam syair lipat inilah.
Ada terdapat sebuah kisah.
Tentang kematian karena tulah.
Dulu hidup suka berkawan.
Kini hidup telah merasa nyaman.
Orang dekat jadi terlupakan.
Tak ingat ia masa kesusahan.
Hidup ia sebatang kara.
Ditinggal mati oleh bapaknya.
Yatim lah ia sampai hari tua.
Ibunyapun menyusul ke alam baka.
Makan tak makan ia menahan diri.
Ingatlah ia pada Illahi.
Ta'at pula ia sembahyang mengaji.
Walau hanya sesekali.
Dalam syir lipat diperjelaskan.
Bahwa ini bukan karangan.
Perlulah saya pertegaskan.
Orang itu bisa seperti tuan.
Matanya buta setengah.
Hidup tangan suka menengadah.
Mau nyaman tak maususah.
Terasa berat untuk ibadah.
Bukan main ia sombong.
Tak kenal dengan orang sekampong.
Takut ketahuan ia berbohong.
Kerjenye hanye menongkrong.
Andai diri merse.
Jangan malu untuk dihine.
Walu mesti dicele.
Demikianlah hidup yang ade.
Syair lipat ini saye buat.
Sebagai jalan menuju taubat.
Hawatir hati lama bekarat.
Ingatlah madah di syair lipat.
Kawan lama jangan dibuang.
Jangan dianggap kain yang usang.
Ingatlah asal menjadi orang.
Dengan kawanklah diri banyak berhutang.
Orang sombong itu tuli.
Ditegurpun ia tak menghampiri.
Tak menoleh ia kekanan atau kiri.
Cepat ia meninggalkan kita pergi.
Sesampainye mase nanti.
Akhir hidup kite mati.
Saat itulah kite di tagih janji.
Selama hidup di dunia ini.
Kembali saye menulis madah.
Mudah - mudahan membawa faidah.
Sedikit banyak terhitung ibadah.
Kain bersulam dibungkus kebadan.
Hendak dibuat menjadi kafan.
Tentulah sungguh sang keterlaluan.
Melanggar adat yang telah ditentukan.
Termuat sebuah risalah.
Dalam syair lipat inilah.
Ada terdapat sebuah kisah.
Tentang kematian karena tulah.
Dulu hidup suka berkawan.
Kini hidup telah merasa nyaman.
Orang dekat jadi terlupakan.
Tak ingat ia masa kesusahan.
Hidup ia sebatang kara.
Ditinggal mati oleh bapaknya.
Yatim lah ia sampai hari tua.
Ibunyapun menyusul ke alam baka.
Makan tak makan ia menahan diri.
Ingatlah ia pada Illahi.
Ta'at pula ia sembahyang mengaji.
Walau hanya sesekali.
Dalam syir lipat diperjelaskan.
Bahwa ini bukan karangan.
Perlulah saya pertegaskan.
Orang itu bisa seperti tuan.
Matanya buta setengah.
Hidup tangan suka menengadah.
Mau nyaman tak maususah.
Terasa berat untuk ibadah.
Bukan main ia sombong.
Tak kenal dengan orang sekampong.
Takut ketahuan ia berbohong.
Kerjenye hanye menongkrong.
Andai diri merse.
Jangan malu untuk dihine.
Walu mesti dicele.
Demikianlah hidup yang ade.
Syair lipat ini saye buat.
Sebagai jalan menuju taubat.
Hawatir hati lama bekarat.
Ingatlah madah di syair lipat.
Kawan lama jangan dibuang.
Jangan dianggap kain yang usang.
Ingatlah asal menjadi orang.
Dengan kawanklah diri banyak berhutang.
Orang sombong itu tuli.
Ditegurpun ia tak menghampiri.
Tak menoleh ia kekanan atau kiri.
Cepat ia meninggalkan kita pergi.
Sesampainye mase nanti.
Akhir hidup kite mati.
Saat itulah kite di tagih janji.
Selama hidup di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SYAIR GULUNG bukanlah hanya menjadi hiburan sesaat tanpa bekas, melainkan pada lirik-lirik baitnya banyaklah mengandung nilai-nilai pendidikan dan pesan moral atau estetika dalam kehidupan sosial, berbangasa dan juga beragama yang sangat menyentuh.