SYAIR GULUNG ASLI KETAPANG

Bolehlah saye perkenalkan diri.
Name saye Zunaidi.
Walau jauh kemane pergi.
Diundang bersyair insyaallah menghadiri.

Ayah saye namenye Nawawi.
Umak saye bername Wainah menantu Sedi.
Saye punye tige abang saudare laki-laki.
Pertame Sapuan Nur ketige Zainal Abidin dan kedua si Saupi.

Untuk kedue orang tue kite same berdoe.
Semoge berumur panjang selalu berbahagie.
Kitepun semege jadi anak bergune.
Tau diri dan paham adat budaye serte agame.

Rabu, 25 Mei 2011

SYAIR MASEHI


by Zunaidi Aidi Tuan-Tuan on Wednesday, 22 December 2010 at 00:48
 
Assalammua'alaikum warahmatullah.
Biasakanlah diri untuk membca ini risalah.
Cukup berawal dengan bismillah.
Syair ini dapat diambil hikmah.

Dengan bismillah diawal syair.
Tidaklah syair ini maksut menyindir.
Mari kita menyingkap sebuah tabir.
Agar dpat memperbaiki karir.

Tahun hijriah tahunlah masehi.
Tahun masehi perhitungan Yunani.
Tahun hijriah perhitungan yang Islami.
Tentulah ada perbedaan dalam penetapan hari.

Jika ingin mengubah hidup.
Tak mesti mengikuti arah angin yang bertiup.
Diripun tidaklah mesti selalu tertutup.
Semangat mestilah meletup-letup.

Jangan dicari jalan yang singkat.
Terkadang itulah jalan yang sesat.
Karena selalu banyak tipu muslihat.
Halal harampun juga disikat.

Apa guna tahun yang baru.
Sedang diri berjahat selalu.
Sama sewaktu masih yang dulu.
Perilaku jahatnya masih begitu.

Orang jahat tak mau taubat.
Malah berguru dengan orang sesat.
Mencari keberuntungan ditempat keramat.
Ditegur setan dan jin jadi kesambat.

Mungkin ada yang ingin bekeluarga.
Tahun acaranypun sudah dikira-kira.
Ada yang target setelah wisuda.
Lalulah lupa dengan menafkahi orang tua.

Buruk tahun lalu jangan dikata.
Bagus ditahun depan jangan selalu dipuja.
Hidup ini bagaikan putaran roda.
Maka apa yang terjadi jangan cepat dilupa.

Anak-anak bertambah besar.
Sudah besar bertambah kekar.
Sudah besar nampak kurang ajar.
Mungkin dididik dengan tidak benar.

Lihatlah pembangunan.
Toko-toko bejejer dditepian jalan.
Orang-orang pribumi jadi pinggiran.
Mengais rezeki sekedar melepaskan makan.

Perempuan sudah mulai nakal.
Laki-laki padai akal berakal.
Hal ini tentu tak dapat disangkal.
Sampai akhirnya ajal.

Terompet ditiup nyaring.
Kerongkonganpun sampai kering.
Tanda tahun baru pawai keliling.
Petasanpun sebagai pengiring.

Jalan-jalan akan macet.
Kendaraan akan saling memepet.
Perempuan dan lelaki semakin lengket.
Hampir-hampir buret ketemu buret.

Penginapan akan ramai orang.
Dipenuhi pribumi dan pendatang.
Semua menghambur-hamburkan uang.
Demikian negeri ini menyambut tahun baru yang datang.

Dipasaran kondom akan habis.
Semua terjual dengan laris.
Menguntungkan tetapi juga ironis.
Tentu banyaklah kasus yang tragis.

Untuk kawan-kawan.
Bertambah tahun jangan saling melupakan.
Sekali-kali bekirimlah pesan.
Sebagai tanda kita masih kenalan.

Ibadah mungkin mengurang.
Karena dosa bayak belum terbuang.
Jadi mulailah dari sekarang.
Bersama-sama menjaga pantang.

Jika ada yang membakar jagung.
Itu masih kepalang tanggung.
Bakar rumah tentu juga tak untung.
Bakarlah kejahatan kita yang sudah menggunung.

Bisa jadi orang merugi.
Walaupun ia hidupnya ditahun ini.
Itu jika tahun ini hidupnya tidak bearti.
Maka tahun depan mesti lebih baik lagi.

Sudah banyak kita habiskan nasi.
Jika dihitung-hitung sejak bayi.
Mungkin sudah berhektar-hektar padi.
Patutlah kita bersyukur kepada Ilahi.

Mari kita saling mendo'a.
Khusus untuk kebaikan kita semua.
Do'a yang pertama-tama.
Itulah do'a bagi kedua orang tua.

Bila sedih ditahun ini.
Tahun depan jangan begini lagi.
Mesti ada perubahan diri.
Itulah tanda orang yang berjati diri.

Orang tua yang sudah berumur magrib.
Kematian tentu sebagai sahabat karib.
Namun sebagai hamba yang hanib.
Belum tentu juga umurnya raib.

Kelapa muda selalu dikupas-kupas.
Kelapa tua jarang juga ditetas.
Maka berganti tahun tidaklah sebagai batas.
Umur akan habis jika Tuhan mengitungnya tuntas.

Jangan dikata adat budaya.
Jangan dicela istiadat lama.
Berganti tahun dia tetap ada.
Bahkan sudah berapa generasi yang dilewatinya.

Takkan hilang adat ditelan zaman.
Takkan punah budaya yang diwariskan.
Perlulah ini dilestarikan kawan-kawan.
Sebagai waris anak keturunan.

Entah apa yang terjadi ditahun depan.
Bencana sudah cukup kita rasakan.
Rakyat lapar banyak tak makan.
Pajabat bersalah justru hidup nyaman.

Kemana penguasa ditahun ini.
Tahun lalu mereka banyak mengobar janji.
Mau bantu dan merubah hidup rakyat tirani.
Tapi sekarang mereka diam sembunyi.

Dunia semakin tua.
Tahun sudah bertambah pula.
Kita malah bersolek ria.
Menutupi kejahatan membedaki muka.

Jangan sedih jangan ragu.
Apa yang baik itulah yang ditiru.
Selagi bisa bersama kita berguru.
Jika susah mari saling membantu.

Panjang jika syair ini diukur.
Bisa-bisa mengalahi dalamnya sumur.
Syair ini berisi kata-kata yang manjur.
Pengganti kata ketika bertutur.

Demikian saya bermadah.
Mudah-mudahan membawa fa'idah.
Sebagai tanda melayu bertuah.
Masalah yang ada dibawa bermusyawarah.

Sebagai tanda melayu beradat.
Dimana berada membawa manfaat.
Memegang teguh adat istiadat.
Patuh selalu hukum syara' sebagai syariat.

Mudah-mudahn ditahun depan.
Kita semua diperkuatkan iman.
Hanya Allah yang kita jadikan Tuhan.
Musuh kiata hanyalah Syaitan.

Cukup sudah saya menulis.
Namun kata-katanya takkan habis.
Hawatir saudara yang membaca tak tahan pipis.
Kencing di bawah mata menangis.

Maaf saya diakhir tahun.
Maaf dipinta beribu-ribu ampun.
Harap diri saya selalu dituntun.
Ajari saya bersopan santun.

Selamat bertahun baru.
Wujudkan cita-cita yang dulu.
Semoga lebih baik dari tahun lalu.
Lama tak berjumpa semoga menambah rindu.

Dengan selalu mengucap alhamdulillah.
Mengharap banyak rahmat dari Allah.
Saya akhiri tulisan ini madah.
Wassalammu'alikum warahmatullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SYAIR GULUNG bukanlah hanya menjadi hiburan sesaat tanpa bekas, melainkan pada lirik-lirik baitnya banyaklah mengandung nilai-nilai pendidikan dan pesan moral atau estetika dalam kehidupan sosial, berbangasa dan juga beragama yang sangat menyentuh.