SYAIR GULUNG ASLI KETAPANG

Bolehlah saye perkenalkan diri.
Name saye Zunaidi.
Walau jauh kemane pergi.
Diundang bersyair insyaallah menghadiri.

Ayah saye namenye Nawawi.
Umak saye bername Wainah menantu Sedi.
Saye punye tige abang saudare laki-laki.
Pertame Sapuan Nur ketige Zainal Abidin dan kedua si Saupi.

Untuk kedue orang tue kite same berdoe.
Semoge berumur panjang selalu berbahagie.
Kitepun semege jadi anak bergune.
Tau diri dan paham adat budaye serte agame.

Rabu, 25 Mei 2011

SYAIR NEGERI NAN MALANG


by Zunaidi Aidi Tuan-Tuan on Saturday, 22 January 2011 at 23:56
 
Assalammu'alaikum Warahmatullah.
Beriring salam saye menulis madah.
Dengan berawal membace Bissmillah.
Syair ini terkarang sudah.

Berawal kate bijak laksane.
Malam yang terang berbulan purname.
Sayup-sayup mendengar cerite.
Perihal tentang rakyat jelate.

Dinegeri yang dibilang subur.
Dikate pula negeri yang makmur.
Namun itu hanye sebtas ditutur.
Justru rakyat matipun susah di kubur.

Alkisah ini negeri serakah.
Memilki hasil alam yang melimpah.
Namun dikuasai orang-orang yang salah.
Tentulah itu tidak membawa fa'idah.

Sugguh ini negeri semberawut.
Orang-orangnye hanye pandai beribut.
Segale harte bende tak boleh disebut.
Karene jike ade yang dengar pasti berebut.

Jangan ditanya masalah hukum.
Di negeri ini hukum sudah pakum.
Membace pekare mesti betuntum.
Hukuman diberi berimbal senyum.

Rakyat kecil jangan berpekara.
Urusannya nanti membuat sengsara.
Hanye jadi mainan hakim dan jaksa.
Itulah orang-orang yang tak berguna.

Hukum bagaikan layang-layang.
Pelaku pdana hanya duduk tenang.
Hakim dan jaksa duduk bergoyang-goyang.
Sambil menyidang menghitung uang.

Duhai balak'nye negeri.
Keadilan susah dicari.
Bagai mencari jarum dalam jerami.
Takkan ditemu sampai mati.

Bicare politik nomor satu.
Mengurus rakyat tak tentu rudu.
Sudah hilang budaye malu.
Inilah negeri pencetak pembantu.

Pejabatnye banyak memerintah.
Suke membuat rakyat susah.
Mudah-mudahan mereka terkena tulah.
Lantaran banyak memakan sumpah.

Bukan pilihan untuk lahir di sini.
Ini suatu ketetapan Illahi.
Biar bagaimanapun tetap dicintai.
Hanya rakyatlah pahlawan sejati.

Pidato pemimpin hanyalah dongeng.
Untuk membujuk anak kecil yang cengeng.
Berjanji petantang petenteng.
Semu'e urusan rakyat dianggapnye enteng.

Sikit-sikit mintak naik gajih.
Sedangkan janji-janjinye rakyatpun menagih.
Gajih tinggi baru berniat kerje bersih.
Itulah membuat rakyat yang sedih.

Penyakit negeri ini sudah kronis.
Banyak yang menderita penyakit egois.
Sembuh itu jadi harapan yang tipis.
Kecuali jika penderitanya benar-benar menangis.

Banyak pula kasus koroptor.
Mengalahi kasus teroris yang suka menteror.
Koroptor banyak bertempat di kantor-kantor.
Tapi masih berat hukuman pencuri motor.

Negeri ini negeri pusaka.
Negeri peninggalan orang tua dahulu kala.
Diperebutkan para ahli warisnya.
Siapa kuat ialah penguasa semua.

Gedung kejaksaan kokoh berdiri.
Istana negara jadi rumah pribadi.
Rakyat jelata tetap tidur dijalan yang sepi.
Berpakaian lusuh tidak bertepi.

Anak- anak kecil kekurangan gizi.
Karena pemerintah selalu tarik subsidi.
Maka hanya demi sesuap nasi.
Rakyat rela bunuh saudara sendiri.

Setiap ada masalah membentuk panitia khusus.
Tapi kerjanyapun juga tidak becus.
Hanya kepentingan meraka sajalah yang diurus.
Sedangkan rakyat makin bertambah kurus.

Bukan koroptor jika tak rakus.
Bukan pedebat jika bukan politikus.
Bukan pemimpin jika terbawa arus.
Bukan rakyat negeri ini jika kehidupannya bagus.

Malangnya negeri ku.
Sudah jatuh tertimpa batu.
Rakyatnya hanya banyak jadi pembantu.
Itulah peninggalan penjajah terdahulu.

Ini negeri tidak bertuan.
Inilah negeri milik Tuhan.
Di negeri ini semua diperebutkan.
Sekalipun sampah sisa buangan.

Jadi tentara angkat senjata.
Jadi polisi lagak berwibawa.
Jadi satpol PP memburu pedagang kaki lima.
Jadi mahasiswa dekat dengan Yang Maha Kuasa.

Jadi presiden banyak urusan.
Jadi dewan perwakilan rakyat banyak ditahan.
Jadi hakim kurang kejujuran.
Jadi rakyat susah mencari makan.

Binggung sudah tentang negeri ini.
Semua menyangkal jika dkritisi.
Sekalipun salah tak mau mengakui.
Selalu rakyat yang diminta mengerti.

Semua hanya dapat ditulis.
Tak heran jika tak digubris.
Tentu ada yang membacanya sinis.
Inilah negeri yang demokratis.

Dari sabang sampai maruke.
Pejabat rakyat pasti banyak yang suka karauke.
Akhirnya nyelesikan masalah bertele-tele.
Dia bermasalah licin bagaikan ikan lele.

Saatnya koroptor dihukum mati.
Anak istrinya tak boleh jadi pegawai negeri.
Apalagi sudah benar-benar terbukti.
Hukuman dua puluh tahun itu tidak lagi berarti.

Sampai kapan pun.
Masalah negeri ini tak dapat dihimpun.
Selagi pejabat-pejabatnya masih perlu dituntun.
Ujung-ujungnya jadi penyamun.

Resah gelisah di negeri ku.
Semua rakyat menjadi pilu.
Berharap perubahan yang belum tentu.
Semua hanya janji-janji pemilu yang semu.


Kelak diantara kita jadai pejabat.
Jadilah pejabat yang ta'at.
Jangan jadi pejabat bejat.
Kerja sedikit banyak minta naik pangkat.

Panjang sudah ini syair.
Tidaklah maksud saya menyindir.
Sekedar untuk mengubah takdir.
Syair negeri nan malang ini jangan dibuat terpinggir.

Maaf saya pinta kesalahan disyair ini.
Maaf dipinta sepuluh jari.
Khilaf dan salah dari diri saya sendiri.
Memohon ampun saye kepade Sang Illahi

Cukup sudah saya menulis madah.
Semoga ini mengobati hati yang gundah.
Saya tutup dengan membaca Alhamdulillah.
Akhir kate wassalam mu'alaikum warahmatullah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SYAIR GULUNG bukanlah hanya menjadi hiburan sesaat tanpa bekas, melainkan pada lirik-lirik baitnya banyaklah mengandung nilai-nilai pendidikan dan pesan moral atau estetika dalam kehidupan sosial, berbangasa dan juga beragama yang sangat menyentuh.